Senin, 19 Mei 2014

budaya manggarai



ANALISIS KEBUDAYAAN SUKU MANGGARAI
(KECENDRUNGAN SIKAP DAN PERILAKU YANG MENGARAH PADA
 KEBUDAYAAN LCC ATAU HCC)
1. Presepsi terhadap Isu dan Orang yang Menyebarkan Isu
Masyarakat suku Manggarai dalam menerima isu/informasi cenderung mempertimbangkan siapa yang menyampaikan isu dengan menaruh kepercayaan pada orang tersebut. Masyarakat Manggarai akan cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh orang yang dituakan/dihormati di lingkungannya. Ini menunjukkan suku Manggarai cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh orang yang telah mereka percaya/hormati.
Kebenaran informasi cenderung tidak menjadi fokus perhatian karena teralihkan oleh kepercayaan pada si penyampai informasi. Sebaliknya, apabila si penyampai pesan tidak memiliki kredibilitas/nilai kepercayaan di mata masyarakat maka informasi pun akan sulit diterima. Sebagai contoh, seorang kepala suku dari suku lain ketika menyampaikan pesan tentang kebudayaannya, karena posisinya yang dianggap baru dan tidak memiliki latar belakang sesuai kebudayaan/sistem ajaran yang dianut, maka pesan tentang kebudayaannya  (sekalipun benar) akan sulit diterima karena terkalahkan oleh sikap strereotip masyarakat yang muncul.(HCC)
2. Presepsi terhadap Tugas dan Relasi
Masyarakat suku Manggarai dikenal dengan sistem kekerabatannya yang kental. Sikap saling mengenal, saling bahu-membahu (gotong-royong) menjadi ciri dari masyarakat Manggarai. Dalam memandang persepsi tugas dan relasi, masyarakat Manggarai lebih cenderung mengutamakan relasi sosial dan menjadikannya sebagai media untuk melaksanakan tugas secara bersama-sama (gotong-royong). Sebagai contoh, jika dalam hal menyelesaikan suatu pekerjaan seperti dalam mengelola lahan pertanian maupun perkebunan baru (uma rana), masyarakat Manggarari melakukannya secara bergotong-royong (rame-rame) sehingga mempermudah dalam penyelesaian sebuah pekerjaan. Nilai gotong-royong ini telah tertanam kuat dalam diri masyarakat karena dipandang sebagai suatu yang baik dan mempunyai arti atau nilai yang bermanfaat dalam kehidupan mereka.,. (HCC)
3. Presepsi Terhadap Kelogisan Informasi
Masyarakat Manggarai dikenal dengan sikap ramah tamah, dan santun. Ini terlihat dengan prinsip sifatMori adak lejong ite bo ko” (tuan rumah baik kepada tamu/pendatang) yang menjadi jalan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat pendatang. Sikap persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara masyarakat Manggarai dan kaum pendatang. Hubungan orang Manggarai dengan masyarakat pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian, pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang efektif.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan menjadi ciri dari masyarakat Manggarai. Dalam hal ini jelas bahwa dalam proses interaksi/komunikasi, orang Manggarai lebih mengutamakan sikap ramah untuk membangun hubungan yang harmonis dalam masyarakat ketimbang sikap emosi. (LCC)
4. Presepsi terhadap Gaya Komunikasi
Dalam proses komunikasi, masyarakat Manggarai lebih cenderung memakai pola komunikasi langsung (tanpa perantara). Hal ini didorong oleh budaya mengunjungi sesama/ silaturahmi yang kental dalam masyarakatManggari. Informasi pun disampaikan secara langsung dengan pola tatap muka dan mengarah pada pembicaraan yang bersifat formal dengan sedikit basa-basi/gurauan. (LCC)
5. Presepsi terhadap Pola Negosiasi
Dalam proses negosiasi masyarakat Manggarai cenderung mengutamakan perundingan dengan menekankan pada kedekatan/kekerabatan. Dalam menyelesaikan masalah yang bersifat konflik orang Manggarai lebih menggunakan pertimbangan hati/perasaan daripada otak dengan tujuan menjaga hubungan kekerabatan. Pilihan menyelesaikan masalah secara kekeluargaan lebih menjadi pilihan tepat dalam mengambil keputusan. (HCC).
6. Presepsi terhadap Informasi tentang Individu
Masyarakat suku Manggarai cukup selektif dalam menerima informasi dari seorang individu. Informasi akan mudah diterima, apabila sosok individu penyampai informasi (komunikator) lebih dikenal latar belakangnya oleh masyarakat sekitar. Kejelasan sosok individu komunikator akan menentukan sikap penerimaan atas pesan yang disampaikan. Begitu halnya dalam proses interaksi, penilaian terhadap individu lebih ditekankan pada informasi tentang siapa, status, dan profesi/keahlian yang dimiliki. Namun dalam proses penerimaannya, masyarakat Manggarai tidak terlalu memikirkan perbedaan latar belakang individu (sosial, budaya, etnik, agama), mereka biasanya bisa langsung menyatu dalam kehidupan bermasyarakat. (LCC)
a. Bentuk Pesan Informasi
Masyarakat Manggarai dalam proses interaksi dengan latar belakang kebudayaan sama cenderung menggunakan bahasa verbal berupa bahasa Manggarai itu sendiri dalam menyampaikan pesan. Sehingga pesan yang disampaikan bisa dimengerti dengan mudah. (LCC)
b. Reaksi terhadap sesuatu
Masyarakat Manggarai termasuk masyarakat yang ekspresif dalam menerima rangsangan. Respon atas rangsangan biasanya terlihat dari perilaku yang ditunjukkan orang Manggari. Sebagai contoh, saat ada salah satu masyarakat yang terkena musibah, dengan sikap orang Manggarai akan langsung memberikan pertolongan (sikap empati). (LCC)
c. Memandang in group dan out group
Masyarakat Manggari cenderung luwes dalam melihat perbedaan dalam kelompoknya dan luar kelompoknya dengan menjadikan kelompok lain sebagai referensi untuk menilai kelompoknya. Selain itu pola hubungan tetap terbangun diantara kelompoknya dan kelompok lain. (HCC)
d. Sifat pertalian antarpribadi
Masyarakat Manggarai memiliki sifat pertalian yang kuat dalam masyarakat. Jalinan kekerabatan dan silaturahmi yang selalu terjaga menjadi modal orang Manggarai dalam kehidupan bermasyarakat. (HCC)
e. Konsep Waktu

Konsep waktu dalam masyarakat Manggarai cenderng kurang terorganisir dan bersifat luwes. (HCC)
Kesimpulan
jumlah LCC (4) dan jumlah HCC (6), dapat disimpulkan bahwa Analisis Kebudayaan Masyarakat Manggarai lebih mengarah pada Higth Context Culture (HCC).






Nama : Alfonsius L. Tamar
NPM   : 12 821 028
Tugas : Komunikasi Lintas Budaya

RESUME TEORI SISTEM, TEORI SIBERNETIKA DAN INFORMASI OLEH STEPHEN W. LITTLE JOHN



RESUME TEORI SISTEM, TEORI SIBERNETIKA DAN INFORMASI OLEH STEPHEN W. LITTLE JOHN

1.      TEORI SISTEM
Pengertian Sistem
·         Ada 4 hal untuk menjelaskan tentang sistem:
·         Pertama adalah objek, yakni bagian-bagian, elemen-elemen dan variable dalam sebuah system. -
·         Kedua adalah system yang terdiri hubungan-hubungan, yakni kualitas atau sifat dari system dan objeknya.
·         Ketiga adalah system yang mempunyai hubungan internal diantara objek-objenya
·         Keempat adalah system yang berada didalam lingkungan, yakni sebuah system  yang kemudian sesuatu didalamnya mempengaruhi satu sama lain dalam lingkungan dengan bentuk yang berbeda dari bentuk-bentuk yang lain.

Ø  System dibagi menjadi dua yakni system tertutup dan system terbuka

1.      System tertutup tidak ada pertukaran dengan lingkungan. Sedangkan system terbuka, menerima energy dari lingkungannya dan mengikrimkannya kembali ke lingkungannya. 
2.      Dalam system terbuka sebagai contoh keluarga dimana anggota Dalam keluarga adalah objek-objek. Dan karakter mereka adalah attribute (sifat), sistem keluarga dibentuk oleh intreaksi diantara anggota-anggotanya. Keluarga juga berada dalam lingkungan sosial dan budaya. Keluarga dan lingkungannya mempengaruhi satu sama lain. Pengertian ini yang dinamakan sebagai unit.

Ø  Kualitas-kualitas sistem

1. Kesatuan dan saling ketergantungan
                  Sistem adalah kesatuan yang unik, yakni terdiri dari bentuk-bentuk yang salng berhubungan  yang berbeda-beda dari sistem yang lain. Dalam konsep interdependensi, satu variable kadang-kadang menyebabkan variabbel yang lain. Variable A menyebabkan B dan menyebabkan C dan seterusnya dalam proses sirkular dan kembali lagi ke variabel A.

2. Herarki
                 Sistem cenderung untuk melekatkan satu dengan yang lain. Maksudnya suatu sistem dalah bagian dari sistem yang lebih besar.  Sistem yang lebih besar kemudian disebut sebagai Suprasystem dan yang lebih kecil di sebut dengan subsistem. Contohnya keluarga, dimana keluarga besar merupakan suprasistem, dimana dirinya merupakan bagian dari sistem yang lebih besar dari masyarakat.  Subsistem dari keluarga besar adalah kelauarga inti, dan subsistem dari keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak.  Gambaran ini menunjukkan adanya herarki diantara sistem yang lebih kecil dalam sistem yang lebih besar .
3. Pengaturan diri dan control
      Banyak sistem yang berfokus pada tujuan dan mengatur perilakunya untuk mencapai suatu tujuan.

4. Pertukaran dengan lingkungan
                 Sistem terbuka berinteraksi dengan lingkungan. Dalam kondisi ini mereka memasukan dan mengeluarkan energy ke lingkungan.

5. Keseimbangan
      Ini kadangkala mengacu pada Homeostatis, ini adalah bentuk dari pemeliharaan diri. Sistem akan selalu mencari titik keseimbangan dan selalu memperbaiki diri jika ada subssistem yang mengganggu sistem lain yang akan mempengaruhi sistem yang lebih besar.

6. Kemampuan berubah dan beradaptasi.
                 Sistem harus bisa beradaptasi karena berada dalam lingkungan yang berubah setiap saat. Sehingga selain mempunyai keseimbangan, sistem juga harus mempunyai kemampuan untuk berubah.

7. Equifinality
                 Berarti usaha untuk menyelesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan dari permulaan yang berbeda. Dalam sistem adaptasi dapat mencapai tujuan dengan kondisi lingkungan yang berbeda.

Kesimpulan:
Teori sistem menjelaskan secara sederhana bagaimana dasar dari sebuah sistem dan aplikasinya dalam proses komunikasi.  Hanya saja contoh-contoh yang berhubungan langsung dengan kasus-kasus komunikasi kurang banyak dimunculkan. Terutama bagaimana proses transmisi informasi dengan kasus-kasus yang terjadi dan dibreakdown secara detail dengan menggunakan teori sistem. Penjelasan tentang cybernetic juga tidak terlalu dalam, dalam prakteknya peresume sulit mencarikan contoh yang ideal untuk menjelaskan berbagai kasus dengan teori ini. Termasuk juga menjelaskan bagaimana apilkasinya dalam sebuah riset dengan pendekatan teori-teori tersebut. Namun meski demikian, teori sistem mampu menjelaskan secara umum dan luas (meski belum dalam) tentang beberapa istilah dan kajian baru dalam dunia komunikasi

2.      TEORI SIBERNETIKA (TEORI PENGGABUNGAN INFORMASI)
Teori sibernetika menekankan hubungan timbal balik diantara semua bagian dari sebuah sistem. Kami akan menyajikan dua genre teori sibernetika. Pertama, satu kelompok teori yang umumnya berasal dari rubrik penggabungan informasi (information- integration). Kedua, satu kelompok teori yang umumnya dikenal sebagai teori konsistensi ( consistency theories ). Karena dampak mereka yang sangat besar pada bidang komunikasi selama bertahun – tahun.
Teori Penggabungan Informasi ( information-integration) bagi pelaku komunikasi berpusat pada cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi tentang semua orang, objek, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau kecenderungan untuk bertindak dengan cara yang positif atau negatif terhadap beberapa objek. Pendekatan penggabungan informasi adalah salah satu model paling populer yang menawarkan untuk menjelaskan pembentukan informasi dan perubahan sikap. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan berpotensi untuk memengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Sebuah sikap dianggap sebagai sebuah akumulasi dari informasi tentang sebuah objek, seseorang, situasi, atau pengalaman.
Dua variabel nampaknya memiliki peranan penting dalam memengaruhi perubahan sikap. Pertama adalah valance atau arahan. Valance mengacu pada apakah informasi mendukung keyakinan Anda atau menyangkal mereka. Ketika informasi menyokong keyakinan anda, maka informasi tersebut mempunyai valance “positif”. Ketika tidak menyokong, maka valance “negatif”.
Variabel kedua yang memengaruhi dampak dari informasi adalah bobot yang anda berikan terhadap informasi. Bobot adalah sebuah kegunaan dari kredibilitas.
Perubahan sikap terjadi karena informasi baru yang muncul dalam keyakinan adanya perubahan dalam sikap atau karena informasi yang baru mengubah bobot atau valance pada sebentuk informasi. Jadi, valance memengaruhi bagaimana informasi memengaruhi sistem keyakinan anda dan bobot memengaruhi seberapa banyak pengaruh itu bekerja.
Ø  Teori Nilai Ekspektasi.
Salah satu dari ahli teori penggabungan informasi yang sangat terkenal dan dihormati adalah Martin Foshbein. Karya Fishbein menyoroti sifat kompleks dari perilaku yang diketahui sebagai teori nilai ekspektasi (expectancy-value theory). Menurut fishbein, ada dua macam keyakinan. Pertama yakin pada suatu hal. Ketika anda meyakini sesuatu, anda akan berkata bahwa hal tersebut ada. Kedua, yakin tentang adalah perasaan Anda pada kemungkinan bahwa hubungan tertentu ada diantara da hal.
Ø  Teori Tindakan yang beralasan.
Icek ajzen dan Martin Fishbein memperluas cakupan dari toeri nilai ekspektasi dengan menambahkan faktor intensi dalam rumus. Hal ini sebagai sebuah teori dari tindakan yang beralasan. Secara spesifik, intensi dari perilaku tertentu ditentukan oleh sikap anda terhadap perilaku dan kumpulan keyakinan tentang bagaimana orang lain ingin anda berperilaku. Setiap faktor – sikap anda dan opini orang lain – diberi bobot menurut kepentingannya. Terkadang, sikap anda adalah yang paling penting, terkadang opini orang lain adalah yang terpenting, serta kadang – kadang sikap anda dan orang lain lebih atau kurang setara dalam bobotnya. Formula yang dikembangkan untuk menunjukkan proses ini sebagai berikut :
BI = intensi perilaku
= sikap terhadap perilaku
SN = norma subjektif ( apa pikiran orang lain )
= bobot sikap
= bobot norma subjektif
Formula tadi memprediksikan intensi dari prilaku anda, tetapi tidak secara utuh mempekirakan perilaku sebenarnya. Ini karena kita tidak berperilaku berdasarkan intensi orang lain. Sebagai contoh, para perokok mungkin ingin berhenti merokok, tetapi mereka tiak bisa melakukannya karena sudah ketergantunga.
Teori penggabungan informasi berhubungan dengan sistem faktor. Apa yang anda fikirkan tentang isu dan bagaimana anda berperilaku, dihasilkan dari sebuah interaksi kompleks diantara variabel serta karya dari fishbein dan Ajzen yang membantu kita melihat apakah hubungan mereka. Teori konsisten, topik pada bagian berikutnya, menunjukkan bahwa semua faktor ini mencoba untuk menyeimbangankan atau homeostasis, menambahkan lapisan lain dalam kompleksitas perilaku manusia.

3.      INFORMASI
Menurut McFadden dalam Kadir (2003:29), Informasi merupakan data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan bagi pemakai informasi tersebut (Manajer). Sementara itu, Davis dalam Zakiyudin (2011:6) mendefinisikan Informasi sebagai data yang telah diolah menadi suatu bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Dari dua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Informasi merupakan kumpulan data yang diolah dan dapat dipergunakan dalam rangka pengambilan keputusan oleh pemakai informasi (Manajer).

Suatu Informasi dapat dikatakan valid apabila memiliki karakteristik, yakni sebagai berikut:
  1. Berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan
  2. Informasi masih baru dan sedang hangat-hangatnya
  3. Dapat memberi perubahan informasi yang telah ada sebelumnya
  4. Dapat mengkoreksi kesalahan informasi yang telah ada sebelumnya
  5. Dapat memberi penegasan atas informasi yang telah ada sebelumnya
Karakteristik tersebut akan dapat terpenuhi apabila data yang ada digali dari sumber-sumber terpercaya dan tepat, serta dengan standar mutu informasi yang tinggi dan objektif. Dari penggalian sumber-sumber ini, maka dapat dikatakan suatu informasi berkualitas atau tidak. Untuk dapat mengukur kualitas informasi dapat dipergunakan dimensi-dimensi sebagai berikut:
  1. Akurasi, Informasi yang diterima dapat dijadikan tolok ukur ketepatan dan keberhasilan pengambilan keputusan.
  2. Relevan, Informasi yang diterima haruslah sesuai dengan keadaan yang sedang diteliti
  3. Ketepatan waktu, Informasi yang diterima harus selalu up to date dan tidak ketinggalan jaman
  4. Lengkap, Informasi yang diterima haruslah menjadi gambaran lengkap suatu permasalahan dan cara pemecahannya
Suatu informasi akan dapat dikatakan bernilai apabila informasi tersebut memiliki manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya. Suatu informasi akan semakin bernilai apabila pengorbanan untuk mendapatkannya semakin tinggi dan mahal. Sebaliknya, informasi akan semakin rendah kualitasnya apabila dalam mendapatkannya tidak memerlukan pengorbanan dan diperoleh dari orang ketiga.
Ø  Manajemen Informasi
Manajemen Informasi merupakan suatu aktivitas pengumpulan data-data mentah yang akan diproses menjadi informasi yang berguna lalu digunakan secara efektif dan membuangnya pada saat yang tepat.  Jadi, kegiatan manajemen informasi berhubungan dengan pengumpulan data-data mentah, menggunakan informasi secara efektif, dan membuang informasi pada waktu yang tepat. Perhatian terhadap manajemen informasi dapat terwujud dalam peningkatan kompleksitas kegiatan bisnis, yakni diterapkannya telemarketing dan e-commerce dalam kegiatan bisnis dan pemasaran. Selain itu, penerapan manajemen informasi terwujud dalam bidang teknologi komunikasi, yakni dengan penerapan Local Area Network (LAN) kearah Wide Area Network (WAN) dan penggunaan telepon Wireless  nirkabel.
Ø  Arsitektur Informasi
Arsitektur Informasi ialah suatu pemetaan atau rencana kebutuhan-kebutuhan informasi didalam suatu organisasi. Menurut Zwass dalam Zakiyudin (2011:10), arsitektur informasi  merupakan desain sistem komputer secara keseluruhan  untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi yang spesifik. Arsitektur informasi dapat dijadikan blueprint untuk menjadi arahan bagi kegiatan operasional yang sedang berlangsung. Arsitektur informasi dapat memadukan kebutuhan informasi, komponen sistem informasi, dan teknologi pendukungnya.

Berdasarkan arsitektur teknologi yang digunakan, Arsitektur Informasi dapat dibagi menjadi 3 macam, yakni:
  1. Arsitektur Tersentralisasi (Centralized), merupakan suatu proses pelayanan informasi yang dikelola secara terpusat dengan Mainframe sebagai sentral kendalinya. Mainframe ini merupakan makrokomputer yang digunakan untuk menangani data yang berukuran besar dengan ribuan terminal untuk mengakses data dengan kecepatan yang sangat baik dan melibatkan jutaan transaksi.
  2. Arsitektur Desentralisasi (Decentralized), merupakan suatu proses pelayanan informasi dikelola secara secara terdistribusi. Pola persebaran informasi ini terdiri dari atas sejumlah komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan sarana telekomunikasi dengan masing-masing computer yang mampu melakukan pemrosesan serupa secara mandiri dan bias saling berinteraksi dalam pertukaran data.
  3. Arsitektur Client-Server, merupakan suatu proses pelayanan informasi yang database utama dikelola oleh Server dan proses analisis lebih lanjut dikelola oleh Client. Konektivitas antar komputer dari berbagai produsen bisa saling berinteraksi satu sama lainnya. Model komputasi yang berbasis  client-server banyak dipakai pada sistem informasi dengan menggunakan perangkat lunak dari berbagai macam vendor.

Secara teknis, informasi adalah berkurangnya ketidak pastian. Bila anda memiliki dua catatan dengan hal yang sama tercatat dikeduanya, anda mungkin mengatakan kalau ini ada banyak informasi, namun secara teknis: saat anda membaca kalimat pertama, membacanya lagi tidak akan memperoleh sesuatu yang baru, maka berarti tidak ada ‘informasi’. Artinya, informasi di ukur berdasarkan berapa banyak pemberitahuan yang ia berikan.

Saat kita mengambil penerapan teori informasi pada genetika dan mengembalikannya ke teori informasi, kita mendapatkan hasil yang aneh dan menakjubkan: saat anda belajar sesuatu, anda mendapat informasi. Sekarang, dalam teori tipe meme, anda cenderung memikirkan pikiran sebagai organisme, karena itu bagus dan intuitif. Namun, pikiran manusia mampu memuat jauh lebih banyak ketidakpastian daripada satupun gen organisme tunggal.
Lebih aneh lagi saat kita memeprtimbangkan informasi dalam genotype meningkat karena tekanan seleksi. Informasi dalam pikiran meningkat karena belajar; maka, belajar menjadi ekuivalen- meme untuk tekanan seleksi.

Teori informasi dapat dipakai untuk menguji argument formal Pascal berikut:
  1. Seseorang tidak tahu apakah tuhan ada atau tidak
  2. Tidak percaya tuhan ada adalah buruk untuk roh abadi manusia bila Tuhan ternyata ada.
  3. Percaya adanya tuhan tidak memiliki konsekuensi bila Tuhan memang tidak ada.
  4. Maka adalah lebih baik untuk percaya tuhan ada.

Salah satu Pendekatan pada masalah ini adalah dengan melihat penyataan pertama sebagai sebuah asumsi, dan pernyataan 2 sebagai konsekuensinya.
Satu masalah dengan pendekatan ini, adalah ia menciptakan informasi dari ketiadaan informasi. Ini dipandang tidak sahd alam teori informasi. Pernyataan 1 menunjukkan seseorang tidak memiliki informasi mengenai tuhan – namun pernyataan 2 menunjukkan kalau ada informasi menguntungkan yang dapat diperoleh dari tidak adanya informasi mutlak mengenai tuhan. Ini melanggar entropi informasi – informasi telah diperoleh dari ketiadaan informasi, tanpa “pengorbanan”.

Kreasionis sering memakai teori informasi untuk menyerang evolusi. Dengan menganggap kalau evolusi membahas mengenai asal-usul kehidupan secara acak, mereka menerapkan teori informasi dalam anggapan yang salah ini. Bila keacakan adalah faktor dominant dalam asal-usul kehidupan, maka adalah mudah untuk menghitung kalau kemungkinan sebuah organisme terbentuk dari pengocokan molekuler acak adalah sangat kecil. Tentu saja mereka mengambil ekstrim paling jauh dalam beragam teori abiogenesis yang merentang dari keacakan mutlak hingga determinisme mutlak. Untuk dapat menggugurkan abiogenesis, mereka mesti meruntuhkan pula abiogenesis yang melibatkan determinisme yang signifikan, bukan hanya menunjukkan kalau abiogenesis tipe keacakan mutlak hampir mustahi.