ANALISIS KEBUDAYAAN SUKU
MANGGARAI
(KECENDRUNGAN SIKAP DAN
PERILAKU YANG MENGARAH PADA
KEBUDAYAAN LCC ATAU HCC)
1. Presepsi terhadap Isu dan Orang yang Menyebarkan Isu
Masyarakat suku
Manggarai dalam menerima
isu/informasi cenderung mempertimbangkan siapa yang menyampaikan isu dengan
menaruh kepercayaan pada orang tersebut. Masyarakat Manggarai akan cenderung menerima informasi
yang disampaikan oleh orang yang dituakan/dihormati di lingkungannya. Ini
menunjukkan suku Manggarai
cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh orang yang telah mereka
percaya/hormati.
Kebenaran
informasi cenderung tidak menjadi fokus perhatian karena teralihkan oleh
kepercayaan pada si penyampai informasi. Sebaliknya, apabila si penyampai pesan
tidak memiliki kredibilitas/nilai kepercayaan di mata masyarakat maka informasi
pun akan sulit diterima. Sebagai contoh, seorang kepala suku dari suku lain ketika menyampaikan
pesan tentang kebudayaannya,
karena posisinya yang dianggap baru dan tidak memiliki latar belakang sesuai
kebudayaan/sistem ajaran yang dianut, maka pesan tentang kebudayaannya (sekalipun benar) akan sulit diterima karena
terkalahkan oleh sikap strereotip masyarakat yang muncul.(HCC)
2. Presepsi terhadap Tugas dan Relasi
Masyarakat suku
Manggarai dikenal dengan
sistem kekerabatannya yang kental. Sikap saling mengenal, saling bahu-membahu (gotong-royong)
menjadi ciri dari masyarakat Manggarai.
Dalam memandang persepsi tugas dan relasi, masyarakat Manggarai lebih cenderung mengutamakan
relasi sosial dan menjadikannya sebagai media untuk melaksanakan tugas secara
bersama-sama (gotong-royong). Sebagai contoh, jika dalam hal menyelesaikan suatu pekerjaan seperti dalam
mengelola lahan pertanian maupun perkebunan baru (uma rana), masyarakat Manggarari melakukannya secara bergotong-royong (rame-rame)
sehingga mempermudah dalam penyelesaian sebuah pekerjaan. Nilai gotong-royong ini telah tertanam kuat
dalam diri masyarakat karena dipandang sebagai suatu yang baik dan mempunyai
arti atau nilai yang bermanfaat
dalam kehidupan mereka.,. (HCC)
3. Presepsi Terhadap Kelogisan Informasi
Masyarakat Manggarai dikenal dengan sikap
ramah tamah, dan santun. Ini terlihat dengan prinsip sifat “Mori adak
lejong ite bo ko” (tuan rumah baik kepada tamu/pendatang) yang
menjadi jalan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
pendatang. Sikap persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap
terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara masyarakat Manggarai dan kaum pendatang. Hubungan
orang Manggarai dengan
masyarakat pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian,
pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang
efektif.
Perkenalan
pribadi, pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat
bicara), cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara
menyapa, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan menjadi ciri dari
masyarakat Manggarai. Dalam
hal ini jelas bahwa dalam proses interaksi/komunikasi, orang Manggarai lebih mengutamakan sikap ramah
untuk membangun hubungan yang harmonis dalam masyarakat ketimbang sikap emosi.
(LCC)
4. Presepsi terhadap Gaya Komunikasi
Dalam proses
komunikasi, masyarakat Manggarai
lebih cenderung memakai pola komunikasi langsung (tanpa perantara). Hal ini
didorong oleh budaya mengunjungi sesama/ silaturahmi yang kental dalam
masyarakatManggari. Informasi
pun disampaikan secara langsung dengan pola tatap muka dan mengarah pada
pembicaraan yang bersifat formal dengan sedikit basa-basi/gurauan. (LCC)
5. Presepsi terhadap Pola Negosiasi
Dalam proses
negosiasi masyarakat Manggarai cenderung
mengutamakan perundingan dengan menekankan pada kedekatan/kekerabatan. Dalam
menyelesaikan masalah yang bersifat konflik orang Manggarai lebih menggunakan pertimbangan
hati/perasaan daripada otak dengan tujuan menjaga hubungan kekerabatan. Pilihan
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan lebih menjadi pilihan tepat dalam
mengambil keputusan. (HCC).
6. Presepsi terhadap Informasi tentang Individu
Masyarakat suku
Manggarai cukup selektif
dalam menerima informasi dari seorang individu. Informasi akan mudah diterima,
apabila sosok individu penyampai informasi (komunikator) lebih dikenal latar
belakangnya oleh masyarakat sekitar. Kejelasan sosok individu komunikator akan
menentukan sikap penerimaan atas pesan yang disampaikan. Begitu halnya dalam
proses interaksi, penilaian terhadap individu lebih ditekankan pada informasi
tentang siapa, status, dan profesi/keahlian yang dimiliki. Namun dalam proses
penerimaannya, masyarakat Manggarai tidak
terlalu memikirkan perbedaan latar belakang individu (sosial, budaya, etnik,
agama), mereka biasanya bisa langsung menyatu dalam kehidupan bermasyarakat.
(LCC)
a. Bentuk Pesan Informasi
Masyarakat Manggarai dalam proses interaksi
dengan latar belakang kebudayaan sama cenderung menggunakan bahasa verbal
berupa bahasa Manggarai itu
sendiri dalam menyampaikan pesan. Sehingga pesan yang disampaikan bisa
dimengerti dengan mudah. (LCC)
b. Reaksi
terhadap sesuatu
Masyarakat Manggarai termasuk masyarakat yang
ekspresif dalam menerima rangsangan. Respon atas
rangsangan biasanya terlihat dari perilaku yang ditunjukkan orang Manggari. Sebagai contoh, saat ada salah
satu masyarakat yang terkena musibah, dengan sikap orang Manggarai akan langsung memberikan
pertolongan (sikap empati). (LCC)
c. Memandang
in group dan out group
Masyarakat Manggari cenderung luwes dalam
melihat perbedaan dalam kelompoknya dan luar kelompoknya dengan menjadikan
kelompok lain sebagai referensi untuk menilai kelompoknya. Selain itu pola hubungan tetap terbangun diantara
kelompoknya dan kelompok lain. (HCC)
d. Sifat
pertalian antarpribadi
Masyarakat Manggarai memiliki sifat pertalian
yang kuat dalam masyarakat. Jalinan kekerabatan dan silaturahmi yang selalu
terjaga menjadi modal orang Manggarai
dalam kehidupan bermasyarakat. (HCC)
e. Konsep
Waktu
Konsep waktu dalam masyarakat Manggarai cenderng kurang terorganisir dan bersifat luwes. (HCC)
Kesimpulan
jumlah LCC (4)
dan jumlah HCC (6), dapat disimpulkan bahwa Analisis Kebudayaan Masyarakat Manggarai lebih mengarah pada Higth
Context Culture (HCC).
Nama : Alfonsius L. Tamar
NPM : 12 821 028
Tugas : Komunikasi Lintas Budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar