Senin, 19 Mei 2014

budaya manggarai



ANALISIS KEBUDAYAAN SUKU MANGGARAI
(KECENDRUNGAN SIKAP DAN PERILAKU YANG MENGARAH PADA
 KEBUDAYAAN LCC ATAU HCC)
1. Presepsi terhadap Isu dan Orang yang Menyebarkan Isu
Masyarakat suku Manggarai dalam menerima isu/informasi cenderung mempertimbangkan siapa yang menyampaikan isu dengan menaruh kepercayaan pada orang tersebut. Masyarakat Manggarai akan cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh orang yang dituakan/dihormati di lingkungannya. Ini menunjukkan suku Manggarai cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh orang yang telah mereka percaya/hormati.
Kebenaran informasi cenderung tidak menjadi fokus perhatian karena teralihkan oleh kepercayaan pada si penyampai informasi. Sebaliknya, apabila si penyampai pesan tidak memiliki kredibilitas/nilai kepercayaan di mata masyarakat maka informasi pun akan sulit diterima. Sebagai contoh, seorang kepala suku dari suku lain ketika menyampaikan pesan tentang kebudayaannya, karena posisinya yang dianggap baru dan tidak memiliki latar belakang sesuai kebudayaan/sistem ajaran yang dianut, maka pesan tentang kebudayaannya  (sekalipun benar) akan sulit diterima karena terkalahkan oleh sikap strereotip masyarakat yang muncul.(HCC)
2. Presepsi terhadap Tugas dan Relasi
Masyarakat suku Manggarai dikenal dengan sistem kekerabatannya yang kental. Sikap saling mengenal, saling bahu-membahu (gotong-royong) menjadi ciri dari masyarakat Manggarai. Dalam memandang persepsi tugas dan relasi, masyarakat Manggarai lebih cenderung mengutamakan relasi sosial dan menjadikannya sebagai media untuk melaksanakan tugas secara bersama-sama (gotong-royong). Sebagai contoh, jika dalam hal menyelesaikan suatu pekerjaan seperti dalam mengelola lahan pertanian maupun perkebunan baru (uma rana), masyarakat Manggarari melakukannya secara bergotong-royong (rame-rame) sehingga mempermudah dalam penyelesaian sebuah pekerjaan. Nilai gotong-royong ini telah tertanam kuat dalam diri masyarakat karena dipandang sebagai suatu yang baik dan mempunyai arti atau nilai yang bermanfaat dalam kehidupan mereka.,. (HCC)
3. Presepsi Terhadap Kelogisan Informasi
Masyarakat Manggarai dikenal dengan sikap ramah tamah, dan santun. Ini terlihat dengan prinsip sifatMori adak lejong ite bo ko” (tuan rumah baik kepada tamu/pendatang) yang menjadi jalan dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat pendatang. Sikap persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara masyarakat Manggarai dan kaum pendatang. Hubungan orang Manggarai dengan masyarakat pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian, pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang efektif.
Perkenalan pribadi, pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat bicara), cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara menyapa, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan menjadi ciri dari masyarakat Manggarai. Dalam hal ini jelas bahwa dalam proses interaksi/komunikasi, orang Manggarai lebih mengutamakan sikap ramah untuk membangun hubungan yang harmonis dalam masyarakat ketimbang sikap emosi. (LCC)
4. Presepsi terhadap Gaya Komunikasi
Dalam proses komunikasi, masyarakat Manggarai lebih cenderung memakai pola komunikasi langsung (tanpa perantara). Hal ini didorong oleh budaya mengunjungi sesama/ silaturahmi yang kental dalam masyarakatManggari. Informasi pun disampaikan secara langsung dengan pola tatap muka dan mengarah pada pembicaraan yang bersifat formal dengan sedikit basa-basi/gurauan. (LCC)
5. Presepsi terhadap Pola Negosiasi
Dalam proses negosiasi masyarakat Manggarai cenderung mengutamakan perundingan dengan menekankan pada kedekatan/kekerabatan. Dalam menyelesaikan masalah yang bersifat konflik orang Manggarai lebih menggunakan pertimbangan hati/perasaan daripada otak dengan tujuan menjaga hubungan kekerabatan. Pilihan menyelesaikan masalah secara kekeluargaan lebih menjadi pilihan tepat dalam mengambil keputusan. (HCC).
6. Presepsi terhadap Informasi tentang Individu
Masyarakat suku Manggarai cukup selektif dalam menerima informasi dari seorang individu. Informasi akan mudah diterima, apabila sosok individu penyampai informasi (komunikator) lebih dikenal latar belakangnya oleh masyarakat sekitar. Kejelasan sosok individu komunikator akan menentukan sikap penerimaan atas pesan yang disampaikan. Begitu halnya dalam proses interaksi, penilaian terhadap individu lebih ditekankan pada informasi tentang siapa, status, dan profesi/keahlian yang dimiliki. Namun dalam proses penerimaannya, masyarakat Manggarai tidak terlalu memikirkan perbedaan latar belakang individu (sosial, budaya, etnik, agama), mereka biasanya bisa langsung menyatu dalam kehidupan bermasyarakat. (LCC)
a. Bentuk Pesan Informasi
Masyarakat Manggarai dalam proses interaksi dengan latar belakang kebudayaan sama cenderung menggunakan bahasa verbal berupa bahasa Manggarai itu sendiri dalam menyampaikan pesan. Sehingga pesan yang disampaikan bisa dimengerti dengan mudah. (LCC)
b. Reaksi terhadap sesuatu
Masyarakat Manggarai termasuk masyarakat yang ekspresif dalam menerima rangsangan. Respon atas rangsangan biasanya terlihat dari perilaku yang ditunjukkan orang Manggari. Sebagai contoh, saat ada salah satu masyarakat yang terkena musibah, dengan sikap orang Manggarai akan langsung memberikan pertolongan (sikap empati). (LCC)
c. Memandang in group dan out group
Masyarakat Manggari cenderung luwes dalam melihat perbedaan dalam kelompoknya dan luar kelompoknya dengan menjadikan kelompok lain sebagai referensi untuk menilai kelompoknya. Selain itu pola hubungan tetap terbangun diantara kelompoknya dan kelompok lain. (HCC)
d. Sifat pertalian antarpribadi
Masyarakat Manggarai memiliki sifat pertalian yang kuat dalam masyarakat. Jalinan kekerabatan dan silaturahmi yang selalu terjaga menjadi modal orang Manggarai dalam kehidupan bermasyarakat. (HCC)
e. Konsep Waktu

Konsep waktu dalam masyarakat Manggarai cenderng kurang terorganisir dan bersifat luwes. (HCC)
Kesimpulan
jumlah LCC (4) dan jumlah HCC (6), dapat disimpulkan bahwa Analisis Kebudayaan Masyarakat Manggarai lebih mengarah pada Higth Context Culture (HCC).






Nama : Alfonsius L. Tamar
NPM   : 12 821 028
Tugas : Komunikasi Lintas Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar